h36fBKl6IGAl600aLh3XwESUlCJ3z4hPI1YGP78M

Kisah Zen Gelombang Pikiran oleh: Suzuki Roshi

GELOMBANG PIKIRAN
Kisah Zen Gelombang Pikiran oleh: Suzuki Roshi
Sidhartha Gautama, Sang Buddha adalah orang (ilmuwan) pertama yang menjadikan studi serta pengendalian atas kesadaran dan pikiran.

Pelatihan dalam bentuk meditasi buddhis yang khas adalah sebuah jalan yang ditawarkan oleh Buddha atas pengendalian pikiran dan kesadaran. Sampai saat ini meditasi masih menduduki posisi penting dalam agama Buddha dan selama sekitar 2500 tahun sejak Sang Buddha wafat berbagai metode meditasi pun lahir.

Jika dikelompokkan, meditasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu meditasi konsentrasi dan meditasi kesadaran. Meditasi konsentrasi adalah suatu cara mengarahkan pikiran agar berkonsentrasi hanya pada suatu objek tunggal.

Sedangkan meditasi kesadaran adalah meditasi yang selalu sadar untuk menyadari apa yang sedang dilakukan pikiran, namun tidak berkonsentrasi pada suatu objek yang sedang dipikirkan. Meditasi Samatha dan Samadhi dalam Buddhisme Tibet termasuk kategori meditasi konsentrasi. Sedangkan meditasi vipassana dan meditasi kekosongan dalam Zen bisa dikategorikan sebagai meditasi kesadaran.

Ketika sedang melakukan Zazen, janganlah coba menghentikan pikiran Anda. Biarkanlah pikiran tersebut berhenti dengan sendirinya. Bila muncul sesuatu di dalam pikiran Anda, biarkanlah ia muncul dan biarkanlah ia menghilang dengan sendirinya.

Bila Anda mencoba menghentikan pikiran Anda, berarti Anda telah merasa terganggu olehnya. Jangalah merasakan terganggu oleh apapun. Gangguan itu terasa datang dari luar diri Anda, tetapi sebenarnya itu hanyalah arus pikiran Anda sendiri, dan jika Anda tidak merasa terganggu olehnya, secara bertahap gelombang itu akan menjadi tenang dan diam dengan sendirinya.

Dalam waktu lima sampai sepuluh menit pikiran Anda akan tenang seluruhnya. Dalam keadaan demikian, pernapasan Anda akan menjadi lebih lambat dari biasanya dan denyut nadi Anda akan menajdi sedikit lebih cepat.

Kita menyadari bahwa tiada tempat untuk datang ataupun pergi; tiada rasa takut akan kematian; tiada penderitaan yang disebabkan oleh usia tua dan penyakit, sebab kita menikmati segala aspek kehidupan kita sebagai suatu pikiran besar yang terbentang.

Bacaan Selanjutnya: Diri Sejati
"Karena kita menikmati segala aspek kehidupan kita sebagai suatu pikiran besar yang terbentang, kita tidak memperdulikan segala kesenangan yang berlebihan. Sehingga kita memiliki ketenangan yang tak tergoyahkan."

Pencerahan dapat dicapai pada kehidupan ini juga tanpa perlu berlama-lama mengarungi kehidupan yang penuh dengan ketidakbahagiaan. Pencerahan hanyalah sebuah pencapaian batin. Pikiran yang selalu tidak melekat, tanpa kebencian, tanpa kekejaman, tanpa keserakahan, tanpa kesombongan adalah bentuk batin yang tercerahkan.

Pikiran yang terisi penuh dengan welas asih, cinta kasih universal, simpati, ketenangseimbangan, semangat hidup, rendah hati itulah batin yang tercerahkan.


Related Posts

Related Posts

Post a Comment

samsung galaxy